Saat Media Menjadi Mesin Politik di Topik Panas -- Keberadaan media yang sangat Independence dan tidak mendapat tekanan dari pihak manapun sangat diperlukan bangsa ini. Tapi apa jadinya jika media dijadikan mesin politik, pemberitaan media dijadikan sarana untuk membesar-besarkan nama, golongan atau apapun juga yang tidak berhubungan dengan kepentingan masyarakat umum. Yeah.... setidaknya inilah yang sedang terjadi belakangan ini di beberapa media elektronik Tanah Air.
Saya mengamati beberapa pekan terakhir menjelang ajang besar partai Golkar. Menurut persepsi saya (masyarakat awam), ada beberapa media yang seolah-olah membesarkan nama para pemilik sahamnya. Menurut para pakar media, ini pun terjadi saat PEMILU dan PILPRES kemarin. Tapi, saya baru menyadari beberapa pekan ini. Jika media cetak menjadi mesin politik rasanya masih bisa dimaklumi, karena medianya menggunakan benda yaitu (kertas) tapi apa jadinya jika media elektronik yang medianya menggunakan frekuensi, Yang tiap hari bersinggungan disekitar kita bahkan bisa merugikan tubuh ini, digunakan oleh segelintir orang untuk membesarkan namanya. Sungguh orang-orang ini bisa dikatakan orang-orang yang sangat egois.
Awal melihat pemberitaan, saya masih melihat positif. Seorang politisi A datang ke sebuah pulau dan diberitakan disana para pendukung menyambutnya. Lalu para pendukungnya menyatakan dukungannya kepada politisi A menjadi ketua umum partai. Lain halnya politisi B, yang baru saja membayar ganti rugi pada korban bencana alam di sidoarjo. Pemberitan tersebut di ulang-ulang tanpa ada bosannya. Walhasil, penonton hanya bisa menyaksikan. Jika sudah merasa jenuh, ganti channel lain.
Kedepan kami rakyat Indonesia menginginkan satu lembaga ataupun media bisa bersikap netral dan tidak memihak siapapun. Sehingga kami bisa menentukan siapa yang benar-benar tulus dan siapa yang benar-benar hanya ingin membentuk citra positif dimata masyarakat.
